Society de Slamat adalah sebuah
gedung yang berlokasi tepat di pinggir
laut, Di bagian atas Gedung tesebut
tertulis tahun 1890Dahulunya
gedung tersebut digunakan oleh para
tuan dan nyonya – sinyo dan noni
untuk melepas penat, atau sekedar
nongkrong sembari menikmati
sampanye di tepian pantai tertawa
berbahagia riang gembira ditemani
semilir angin laut. Ada pula yang
menikmati kesendiriannya di gazebo
yang letaknya ada pada bagian depan
gedung tersebut. Pada bagian tengah
terdapat Ballroom yang digunakan
sebagai Dance Floor atau lantai dansa
menikmati zaterdagnacht (Malam
Minggu). Masyarakat Eropa kelas atas
sering berdansa di lantai pualam yang
diterangi lampu lampu kristal
gemerlapan sambil minum anggur dan
terkadang ada yang ambruk karena
mabuk2
Ada juga yang berdisikusi masalah
politik sambil menikmati makanan
tengah malam di bawah sinar bulan di
teras yang ditanami bunga warna -
warni. Kehidupan Wanita Eropa yang
elite sangat glamour, mereka
menggenakan “Pretty Coat” yang
bagian bawahnya melebar seprti
kurungan ayam
Mereka juga
mendapatkan busana mode terbaru
dari Eropa (Paris, London dan
Amsterdam). Masalah gengsi dan
status sosial ditonjolkan tanpa malu
adalah hal yang lazim pada saat itu.
Mereka saling menyapa satu sama lain
tidak dengan menyebut nama, tetapi
dengan jumlah angka gaji mereka
setahunnya
Meneer dengan gaji 50 ribu gulden
secara merendah mengalah terhadap
Meneer yang gajinya 100 ribu Gulden.
Soceity De Slamat adalah sebutan
gedung tersebut pada zaman Kolonial
Belanda, paska Kemerdekaan Gedung
tersbeut sempat beralih fungsi
menjadi sebuah tempat olahraga
Namanya pun berubah menjadi
Gedung Rakyat, karena hampir semua
kegiatan yang berhubungan dengan
olah raga rakyat dilakukan di situ.
Waktu pun semakin berlalu, kini
Gedung bersejarah di zaman Kolonial
Belanda dan di Jaman Kemerdekaan
hingga tahun 80-an tersebut mulai
meredup hingar bingar nya
Tak ada
lagi suara suara riuh ramai nya tuan
dan nyonya – sinyo dan noni
menikmati gelas yang ada dalam
genggamannya. Tak ada lagi suara -
suara rakyat yang saling memberikan
semangat di setiap tetes keringat
yang mereka keluarkan saat mengolah
raganya. Dan tak ada pula suara
tertabahak - bahaknya anak kecil,
remaja, dewasa hingga orang tua yang
giginya tinggal dua yang keluar dari
Gedung bersejarah itu
Ya Soceity De Slamat atau masyarakat
kita biasa menyebutnya dengan
seutan Gedung Rakyat kini telah
terdiam merenung sendiri di tengah
kemodernan pembangunan dan
perkembangan kota
Kini Gedung itu
sedang termenung menikmati hari
tuanya yang sepi tanpa suara suara
yang riuh sperti di masa lalu, saat dia
masih beridiri kokoh meninju
congkaknya para meneer - meneer itu