Rabu, 20 April 2016

TANTE LIEN : RAGA BELANDA - JIWA INDONESIA


Louisa Johanna Theodora "Wieteke van Dort

Louisa Johanna Theodora "Wieteke van Dort" atau lebih dikenal dengan sebutan Tante Lien , lahir di Surabaya , 16 Mei 1943 . Di negeri asalnya (Belanda) beliau dikenal sebagai aktris dan penyanyi . Beliau juga terkenal sebagai pembawa acara program tv anak - anak dan Host di acara Late Lien Show (Acara yang bertema Cinta Indonesia).

Tante Lien Muda
Acara Late Lien Show
Acara Late Lien Show

Tante Lien terkenal sebagai orang yang sangat mencintai dan merindukan Indonesia yang notabenya adalah bekas tanah Jajahan / tanah Kolonial . Kecintaan dan Kerinduanya terlihat dari lirik lagu ciptaaanya seperti :

  • Arm den Haag (Kasihan deh Den Haag)
  • Nacht Over Java (Night in Java / Malam di Jawa)
  • Terug naar Surabaya (Kembali ke Surabaya)

Tante Lien juga gemar menyanyikan lagu lainya seperti :

  • Krontjong Kemajoran 
  • Bolean Pakai Pajung
  • Ajoen - Ajoen
  • Nina Bobo 

Hampir selama Tante Lien pentas beliau selalu memakai busana khas Indonesia , rasa rindu Tante Lien kepada tanah Indonesia  begitu hebat , karena bagaimanapun juga beliau lahir di Surabaya dan sempat merasakaan situasi dan kondisi Indonesia pada jaman itu. Namun pada usia 14 tahun Tante Lien harus mau menerima bahwa ia takkkan pernah bisa kembali ke Surabaya - Indonesia karena pada saat itu Presiden Soekarno sedang giat - giatnya menggelar Naturalisasi .

Tante Lien (sebelah kiri)
memakai pakaian khas Indonesia
Tante Lien
memakai pakaian khas Indonesia

Lewat lagu - lagu nya Tante Lien mengungkapkan rasa rindu nya terhadap bekas Negara Jajahan Belanda itu , salah satu lagu yang terkenal adalah yang berjudul "Geef Miij Maar Nasi Goreng" yang kurang lebih artinya "Tambah lagi Nasi Gorengnya" di mana di salah satu lirik dari lagu tersebut Tante Lien menyematkan kata - kata makanan khas Indonesia pada saat itu seperti : Sambel , Krupuk , Bandeng , Terasi , Tahu Petis , Sate Babi , Ketela , Bakpao , Ketan , Gula Jawa , Lontong , Onde - Onde , Kue Lapis , -

Tulisan tentang Tante Lien di Surat Kabar
Lagu Tante Lien yang berjudul
"Geef Miij Maar Nasi Goreng"
Lagu Tante Lien yang berjudul
"Kind In Surabaja"
Lagu Ajoen - Ajoen 
Hallo Bandung

Tante Lien juga menciptakan lagu yang menyindir Pemerintah Kolonial Belanda dengan lagunya yang berjudul "Arm Den Haag" yang kurang lebih artinya adalah "Kasihan deh Den Haag" dimana dalam lagu tersebut disematkan lagi kosa kata Bahasa Indonesia , seperti yang kita ketahui Den Haag adalah simbol Pemerintahan Belanda.

Salah satu lagu Tante Lien yang menyindir
Pemerintah Kolonial Belanda
yang berjudul "Arm Den Haag"

          Berikut Video Lagu Arm Den Haag ciptaan Tante Lien 
                                           Koleksinya Youtube 


Lirik lagu Arm Den Haag ciptaan Tante Lien ini mempunyai arti kurang lebih sepeerti ini :

Bahasa Belanda
Bahasa Indonesia
Arm Den Haag, dat is toch erg, dat jij maar niet vergeten kan
De klank van krontjong en van gamelan
In het Indisch restaurant gonst het gesprek van alle kant: Tempo doeloe, tempo doeloe in dat verre, verre land
Ach kassian, het is voorbij kassian, het is voorbij
Den Haag, Den Haag, de weduwe van Indie ben jij
We kunnen hier hues wel Indisch eten thuis klaarmaken sambal goreng telor, sajoer lodeh, tahoe petis
Alleen, de buren hebben het niet zo graag
En we kunnen hier ook hues wel tropische planten kopen
Zoals bijvoorbeeld kembang sepatoe. Dat noemen ze hier hibiscus, hibiscus
En allerlei varens: canna’s, gerbera’s, orchideeen
Maar het staat hier in de huiskamer toch heel anders
Dan daar in de vrije natuur, ja trouwens, ze gaan allemal dood bij de kachel
En weet u, ik heb thuis zo’n groot schilderij hangen
Dat verbeeldt natuurlijk Indie, ja Adoe, beeldig, beeldig
Mooiie groene sawahs, klapperbomen
Links een karbouw met zo’n kleine katjong op z’n rug, ja
En rechts een pahman met zeven van die leuke kleine bebeks achter zich aan
Maar weet u, het schilderij, het krijgt hier geen licht genoeg
Weet u wat nog meer Meneer Le Clerque-Zubli hij komt ook nooit meer langs

Kasihan banget Den Haag, kau tidak mungkin melupakannya
Suara merdu musik kroncong dan alunan gamelan
Di restoran Indonesia terdengar pembicaraan dari berbagai sudut: Tempo dulu, tempo dulu, di tempat yang sangat jauh itu
Ah, sayang, itu semua kini telah berlalu, sayang, semuanya telah berlalu
Den Haag, Den Haag, kau sekarang jadi janda dari Hindia Belanda
Kita di sini – di Belanda - memang benar bisa membuat sendiri masakan Indonesia seperti sambal goring telur, sayur lodeh, tahu petis
Hanya saja, tetangga kita tidak begitu suka bau tumisan bumbu masak itu
Dan kita di sini memang biss membeli tanaman tropis
Seperti misalnya kembang sepatu, yang orang sini sebut sebagai hibiscus, hibiscus
Dan berbagai tanaman bunga lainnya: kana, gerbera, dan anggrek
Tetapi bunga-bunga itu di sini hanya bisa dipajang di dalam rumah, jadi tentu saja beda sekali suasananya
Dibandingkan di sana –di Indonesia – mereka tumbuh di alam terbuka. Di sini, tanaman-tanaman itu akan mati oleh panasnya perapian
Dan tahukah anda, di rumahku, aku punya lukisan besar yang kugantung di dinding
Dan lukisan itu tentu saja lukisan tentang alam Indonesia, ya ampun, bayangan itu, bayangan itu….
Hamparan sawah hijau yang indah, pohon-pohon kelapa ….
Di sebelah kiri, berdiri seekor kerbau dengan seorang anak gembala kecil di punggungnya, ya
Dan di sebelah kanan, seorang paman dengan tujuh bebek-bebek yang lucu berjalan beriringan
Tetapi tahukah anda, lukisan itu di sini tidak mendapat cukup sinar lampu
Dan maukah tahu lagi …..? Tuan Le Clerque-Zubli tidak pernah mampir ke rumahlu lagi…



     == TANTE LIEN : RAGA BELANDA - JIWA INDONESIA ==








Tidak ada komentar:

Posting Komentar